Senin, 26 November 2012

St.Inosensius Pelindung OMK Yesus Tersalib Nanga Taman

SANTO INOSENSIUS CANOURA ARNAU
Manuel Canoura Arnau lahir di Santa Cecilia (Galizia, Spanyol) tanggal 10 Maret 1887. Pada umur 16 tahun mengenakan jubah Pasionis dan nama biaranya menjadi Inosensius. Dikenal karena penuh cinta kasih, kesabaran dan pengertian, selalu siap berkorban apabila perlu membantu atau melayani orang sakit. Dia memang sudah siap menerima anugerah kemartiran dari Tuhan. Ia menjadi korban revolusi di Asturias (Spanyol Utara). Tanggal 5 Oktober 1934 sedang mempersembahkan Misa disergap bersama dengan delapan Bruder "Sekolah Kristiani": mereka sempat menerima Komuni Kudus. Sesudah ditahan beberapa hari dalam satu rumah sebagai penjara, tanggal 9 Oktober 1934 Pater Inosensius dan teman-temannya ditembak mati di tepi kubur yang sudah digali. Proses untuk dinyatakan Beato dan Santo digabungkan dengan para Bruder yang dibunuh bersama dia. Inosensius Canoura Arnau dan teman-temannya diresmikan sebagai Santo di Basilika St. Petrus, Roma, oleh Sri Paus Yohanes Paulus II tanggal 21 November 1999. Diperingati pada tanggal 9 Oktober.

Jumat, 23 November 2012

Kaum Muda dan Hidup Menggereja


OMK_Kaum muda adalah generasi harapan keluarga, Gereja, nusa, dan bangsa. Kaum muda merupakan penyambung tongkat estafet kehidupan suatu kelompok, dengan berupaya mempersiapkan diri secara mandiri, baik dalam kehidupan Gereja maupun masyarakat luas. Peran aktif kaum muda dalam Gereja merupakan langkah penting dalam merumuskan strategi kegiatan dan merumuskan mimpi bersama akan hari esok yang lebih cerah dan berseri.
Hidup menggereja diibaratkan sebuah keluarga kecil, di mana umat terlibat dalam seluruh aspek kehidupan yang terjadi. Secara rohani, Gereja diartikan sebagai umat Allah, kita sebagai tubuh, dengan kepalanya adalah Kristus. Keterlibatan dalam Gereja merupakan panggilan yang sangat istimewa, sebab kita adalah anggota tubuh Kristus.
Pergolakan massa begitu kompleks akan dunia yang kian sekuler, sikap tak mau tahu, individualisme, sikap oportunis dengan selalu melihat keuntungan bagi dirinya semata, ketidakrelaan untuk berkorban dan instan. Situasi ini tentu semakin mempersulit kaum muda untuk mengatasinya karena keterbatasan akan tingkat pemahaman, kemauan, serta budaya selektif yang kian merosot, hilangnya kontrol sosial, dan memudarnya solidaritas. Tentu Gereja tidak memelihara umat yang tanpa rasa malu menceburkan dirinya ke dalam perilaku tak bermoral, yang dengan ceroboh menyalahgunakan kehidupan sendiri atau orang lain. Namun, Gereja merindukan sosok pemuda yang mau merelakan dirinya untuk memanggul salib Yesus. Gereja ingin melihat peran konkret kaum muda dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kemanusiaan...(eka saputra

Selasa, 31 Juli 2012

Indonesian Youth Day 2012 semakin dekat


Konsep Kegiatan IYD

Kegiatan ini akan diselenggarakan di Sanggau, Kalimantan Barat, dengan melibatkan Keuskupan Agung Pontianak dan Keuskupan Sintang, serta unsur-unsur Pemerintah Daerah dan unsur-unsur Pemerintah Nasional.
Nilai-nilai yang hendak ditanamkan melalui seluruh kegiatan IYD 2012 adalah: nilai persaudaraan, nilai kebangsaan, nilai solidaritas, nilai ekologi (kelestarian keutuhan ciptaan), nilai magis (tahan uji dan bersemangat maju) serta nilai iman.
Nilai-nilai yang direfleksikan itu akan disatukan dengan upaya pemahaman isu-isu yang terkait dengan kehidupan OMK. Isu-isu itu sendiri akan diperdalam dengan cara melakukan konsultasi dengan perwakilan OMK serta pemetaan (mapping) masalah. Proses itu membuka kemungkinan pada OMK untuk berdialog dengan sesamanya yang beragam suku, latar belakang sosial-budaya, agama dan sebagainya.
Nilai-nilai tersebut diaplikasikan ke dalam berbagai kegiatan yang merupakan Tugas Gereja: Liturgi, Pewartaan, Pelayanan, Paguyuban dan Kesaksian. Tanpa meninggalkan ciri khas OMK yang aktif dan dinamis, acara-acara dalam IYD 2012 mengandung unsur festival atau perayaan.
Metode yang dialami selama proses IYD ialah see – jugde – act, sedangkan suasana yang dibangun dalam IYD 2012 ialah animatif – reflektif – selebratif. Animatif (anima=jiwa) adalah suasana yang bergairah, gembira, menjiwai, kebersamaan sebagai OMK (anima=jiwa). Reflektif adalah suasana yang mendukung OMK melihat ke dalam diri sendiri untuk merasakan kedalaman relasi dengan Tuhan dan sesama, alam ciptaan. Selebratif adalah suasana akrab, saling menghormati, bekerja sama.
Perjumpaan OMK dalam IYD 2012 adalah sebuah perayaan iman yang penuh kegembiraan dan harapan. Kegairahan hidup sebagai orang beriman inilah yang diharapkan dapat muncul dan tampak, juga oleh sahabat-sahabat OMK yang yang non-Katolik. Di sinilah kemudian juga diharapkan muncul suatu pemahaman satu sama lain (a mutual understanding) sebagai sesama bangsa Indonesia yang beragam dalam satu kesatuan hidup berbangsa & bernegara.Pada akhirnya, seluruh acara dalam IYD 2012 ini dipersembahkan dalam suatu kegiatan liturgis yang sungguh-sungguh merepresentasikan hidup orang beriman.

Senin, 30 Juli 2012

DOA IYD

DOA IYD 2012
Allah Bapa yang Maha Baik,
tak henti-hentinya Engkau mencari kami
Kasih-Mu yang tak terbatas senantiasa melimpahi kami dengan berkat dan segala yang baik.
Syukur atas semua kelimpahan yang Engkau berikan kepada kami itu.
Engkau senantiasa mempunyai rencana yang indah bagi kami
maka kini Engkau memanggil kami mengalami suatu proses peziarahan besar dalam IYD 2012.
Biarlah Yesus Putra-Mu menjadi Sahabat kami dalam ziarah kami ini,
Salib-Nya menuntun dan menerangi langkah kami,
Jalan Salib-Nya menjadi pedoman arah kami,
Tubuh dan Darah-Nya menjadi sumber kekuatan kami,
Sabda-Nya menjadi inspirasi kami,
dan Roh-Nya menjadi tenaga yang mendorong kami untuk melangkah dan berbuat.
Semoga sepanjang peziarahan ini,
kami mampu meninggalkan keegoisan diri kami,
meninggalkan kenyamanan kami sendiri,
dan tidak pernah merasa puas diri.
Buanglah dari diri kami, segala sesuatu yang tidak berkenan bagi-Mu
sehingga kami dapat menemukan Engkau dalam diri kami masing-masing,
dan mampu menghadirkan-Mu di tengah masyarakat melalui tindakan dan perbuatan kami.
Semoga kami mampu dan berani mengulurkan tangan dan berbela rasa dengan mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir,
mewartakan cinta-Mu dan memberi harapan akan Dikau kepada mereka yang putus asa,
membawa Terang Kebenaran-Mu kepada mereka yang berjalan dalam kegelapan,
dan semoga dalam segala ciptaan, buah karya Jari-Mu, kami menemukan keagungan dan kebesaran-Mu.
Kami siap menjadi bibit yang ditanam dalam kebun Kerajaan-Mu
pisahkanlah kami dari sekam
tempalah kami agar kami menjadi murni, kudus dan tak bercela seperti Dikau sendiri,
tanamlah dan rawatlah kami sebagai umat kesayangan-Mu,
agar kami senantiasa berakar dalam Kristus Putra-Mu, tumbuh di dalam Dia, dan berbuah dalam iman akan Dia,
sehingga dalam persekutuan mesra dengan Dia, Penyelamat kami,
kami semakin serupa dengan Dia yang berkenan kepada-Mu,
dan kami layak disebut putera dan puteri-Mu.
Pakailah diri kami sebagai alat-Mu sehingga Kehendak dan Kebaikan-Mu nyata dalam dan melalui diri kami.
Semoga kami senantiasa setia berkarya dalam iman dan kebenaran
dan melakukan segalanya dengan penuh cinta dan bakti kepada Dikau, Gereja, negara dan bangsa kami.
Bagimu Indonesiaku, segenap ragaku untuk membangunmu yang telah menyediakan segala yang baik bagiku,
Bagimu Gereja, segenap karyaku untuk menunjukkan gemilang cahaya-Mu di antara bangsa-bangsa,
Bagimu Bapa, segenap jiwa dan hati kami, serta segala yang kami miliki demi kemuliaan dan cinta kepada-Mu.
Oh Maria, Bunda Orang Muda Katolik Indonesia,
bimbinglah kami dalam kasih keibuan-Mu
peluklah dan restuilah kami, anak-anakmu,
supaya semakin hari dalam peziarahan kami ini,
kami semakin mampu menjadi serupa dengan Yesus Putra-Mu.

OMK dan Teknologi

Zaman kita memberi peluang baru yakni  minat OMK akan teknologi informasi terkini. Jika orang muda Katolik mulai membangun jejaring  dalam berbagai minat dengan aneka milist, facebook, twitter, blog, website, tentu saja alat ini akan berguna pula bagi pengembangan jejaring muda Katolik penggerak HAK. Yang saya maksud bukanlah media kontak-kontak romantisme belaka, namun terlebih bagaimana memakai media internet untuk  menambah pengetahuan iman Katolik bagi OMK, dan berdialog dengan agama-agama lain dalam 7 bentuknya di atas. Beberapa website Katolik yang dikelola dengan baik oleh umat bisa ditautkan dengan website OMK dalam rangka membina HAK. Orang muda agama lain bisa diundang agar berinteraksi di dalamnya untuk berdialog.

Senin, 02 April 2012

Ringkasan Pesan Pra Paskah 2012 Dari Paus Benediktus XVI

Paus Benediktus XVI di ruang kerjanya
Bagi Bapa Paus, “saling memperhatikan” juga berarti tidak diam begitu saja didepan kejahatan dan dosa, menegur pendosa dan memanggil mereka untuk mempertanggung jawabkan tindakan mereka.
Praktek ini telah mempunyai nama khusus didalam tradisi Kekristenan, yang sekarang hampir dilupakan, yaitu: “koreksi fraternal dalam pandangan keselamatan abadi”. [Mat 18:15 ]
“Hari ini - tulis Paus- kita biasanya sangat sensitif ketika berbicara tentang kepedulian dan kasih untuk  barang fisik dan materi untuk sesama, tetapi kita hampir dengan sepenuhnya diam pada tanggung jawab spiritual terhadap saudara-saudara kita.” Di dalam Gereja, bagaimanapun juga, hal ini tidak boleh terjadi seperti ini: sejak jaman dulu, dan hingga sekarang, “di dalam komunitas yang telah dewasa dalam iman,” “kesehatan tubuh saudara bukanlah semua yang kita terima kedalam hati, tetapi juga jiwanya demi tujuan akhirnya nanti.”
“Di dalam dunia kita yang dimasuki individualisme - Paus Benediktus XVI menyatakan - hal ini perlu untuk menemukan pentingnya koreksi fraternal, untuk berjalan bersama menuju kekudusan” dan mencegah bahaya dari “kehilangan kesadaran spiritual”
Di dalam pesannya, Paus kemudian memanggil semua orang untuk “tidak diam didepan kejahatan,” meskipun ada mentalitas yang mendominasi masyarakat pada saat ini, yang menurunkan kehidupan menjadi dimensi keduniawian semata dan oleh karena itu “menerima semua pilihan moral dalam nama kebebasan individu.”
Tentu saja, ia memperingatkan, kepada mereka yang percaya, “menegur pendosa” adalah bagian dari perbuatan “pengampunan spiritual” dan Orang Kristen harus tidak boleh, “demi mengormati manusia atau demi kenyamanan,” menyesuaikan kepada “pemikiran umum” dan berhenti “memperingatkan saudaranya melawan cara berpikir dan bertindak yang berkontradiksi pada kebenaran dan tidak menggikuti jalan kecil dari kebaikan.”
Bagaimanapun, Benediktus XVI menunjukkan, cara pendekatan yang Kristiani adalah “tidak dimotivasi oleh semangat mengutuk atau tuduh menuduh; tapi selalu dimotivasi oleh cinta dan pengampunan, dan muncul dari kepedulian yang otentik demi kesejahteraan saudaranya.”
“Keberadaan kita - kata Paus dalam kesimpulannya - berhubungan dengan orang lain, baik didalam kebaikan dan kejahatan”, dan oleh karena itu ” dosa dan perbuatan kasih juga memilliki dimensi sosial.” Inilah kenapa kita harus “penuh perhatian kepada satu sama lain” dan “tidak menunjukkan diri kita yang jauh, acuh tak acuh terhadap saudaranya” sementara sekarang “sikap yang berlaku adalah yang berlawanan: acuh tak acuh dan tidak tertarik yang  timbul dari keegoisan, ditutupi oleh topeng rasa hormat terhadap privasi.”