Jumat, 19 Agustus 2011

Cinta Beda Keyakinan

Sekarang ini, banyak sekali fenomena jatuh cinta kepada seseorang yang beda agama alias beda keyakinan. kenapa fenomena? soalnya, skg ini banyak sekali kalangan selebritis yang memang menikah dgn orang yang beda keyakinan dengan dirinya. Nah, karena para seleb itu public figur maka pernikahan beda agama ini dianggap sesuatu yang wajar di masyarakat kita yang memang beragam ini. Lantas bagaimana dengan pemerintah? Saya rasa pemerintah belum merasa seperti itu. Buktinya, pernikahan beda agama tidak bisa dicatatkan di catatan sipil. Artinya, orang yang beda agama tidak boleh terikat di sebuah lembaga pernikahan.

Kalo saya sih ga masalah sama orang2 yang pacaran or menikah dengan orang yang beda keyakinan. Itu pilihan, dan sudah masuk ke private issue (tidak boleh dicampuri). Tapi, yg jadi masalah adalah kalo orang yang jatuh cintanya itu ragu2. Mereka sebetulnya tidak mau memiliki pasangan yang beda keyakinan, tapi mereka jatuh cinta sama orang yang beda keyakinan. Jadi, mo putus tapi dah terlanjur sayang. Kalo gak putus, gimana dooonggggg. Fuihhhh... bingung deeehhhh.

"Tapi, saya sayang banget. Saya kangen banget, saya butuh dia, saya harus denger suara dia"

"Kamu mau nikah sama dia? Kamu mau pernikahan kamu dilandasi oleh dua keyakinan?"

"Tidak"

"Lantas, kamu mau pindah agama?"

"Tidak"

"So, mau kamu apaaaaaaaa....."

"Gak tau....."

Menurut saya kalo dah terlanjur cinta sama ssorg yang beda agama, kita harus bisa mengambil keputusan dan berkomitmen dengan keputusan itu. Muara sebuah hubungan itu pernikahan. Jadi, putuskan kita mau menikah dengan dia atau tidak (untuk yg sudah berusia pantas menikah). Kalau kira-kira hub itu tidak bisa ke mana-mana karena tidak bisa hidup dengan suami/istri yang beda agama, ya putuskan saja biarpun sayang banget. Percuma dan buang2 waktu kalau diteruskan. Stick with it, jangan ditengah jalan karena rasa kangen yang membludak lantas ketemuan or telp2an lagi. Memang sulit melupakan ssorg yang kita cintai. Memang sakit rasanya. Tapi, itulah risiko dari keputusan kita. Nikmatin aja rasa sakitnya dan berkomitmen pada keputusan.
Tapi, kalo kita memang dah ngerasa ga bisa idup tanpa orang itu. Dan, kita yakin bahwa cinta yang dimiliki mampu melwan batasan yang ada. Ya sudah, pilihlah dia dengan segala risiko dan konsekuensinya. Risiko yang bisa timbul seperti peperangan dengan keluarga (biasanya ortu gak setuju), kita harus memiliki rasa pengertian dan toleransi yang berlebih, kita harus mau melaksanakan ibadah sendiri tanpa didampingi orang tercinta, pikirkan juga ( kalau sampai ke jenjang pernikahan) cara mendidik anak-anak, dll.
Jangan, berdiri di posisi abu-abu. Putus ga bisa, ga putus juga ga bisa. Putuskan satu pilihan dan terima pilihan itu dengan segala risiko dan konsekuensinya.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. TIDAK perlu ada PILIHAN hubungan itu dilanjutkan atau tidak KETIKA kita menyadari hal ini akan menjadi suatu permasalahan kelak...

    So.....Utk yg sudah terlanjur.....!!!!!
    jangan dilanjutkan ketika tidak ada kesepakatan,,
    Percayalah...Masih ada Seribu CINTA disana..!!!

    BalasHapus