Senin, 02 April 2012

Ringkasan Pesan Pra Paskah 2012 Dari Paus Benediktus XVI

Paus Benediktus XVI di ruang kerjanya
Bagi Bapa Paus, “saling memperhatikan” juga berarti tidak diam begitu saja didepan kejahatan dan dosa, menegur pendosa dan memanggil mereka untuk mempertanggung jawabkan tindakan mereka.
Praktek ini telah mempunyai nama khusus didalam tradisi Kekristenan, yang sekarang hampir dilupakan, yaitu: “koreksi fraternal dalam pandangan keselamatan abadi”. [Mat 18:15 ]
“Hari ini - tulis Paus- kita biasanya sangat sensitif ketika berbicara tentang kepedulian dan kasih untuk  barang fisik dan materi untuk sesama, tetapi kita hampir dengan sepenuhnya diam pada tanggung jawab spiritual terhadap saudara-saudara kita.” Di dalam Gereja, bagaimanapun juga, hal ini tidak boleh terjadi seperti ini: sejak jaman dulu, dan hingga sekarang, “di dalam komunitas yang telah dewasa dalam iman,” “kesehatan tubuh saudara bukanlah semua yang kita terima kedalam hati, tetapi juga jiwanya demi tujuan akhirnya nanti.”
“Di dalam dunia kita yang dimasuki individualisme - Paus Benediktus XVI menyatakan - hal ini perlu untuk menemukan pentingnya koreksi fraternal, untuk berjalan bersama menuju kekudusan” dan mencegah bahaya dari “kehilangan kesadaran spiritual”
Di dalam pesannya, Paus kemudian memanggil semua orang untuk “tidak diam didepan kejahatan,” meskipun ada mentalitas yang mendominasi masyarakat pada saat ini, yang menurunkan kehidupan menjadi dimensi keduniawian semata dan oleh karena itu “menerima semua pilihan moral dalam nama kebebasan individu.”
Tentu saja, ia memperingatkan, kepada mereka yang percaya, “menegur pendosa” adalah bagian dari perbuatan “pengampunan spiritual” dan Orang Kristen harus tidak boleh, “demi mengormati manusia atau demi kenyamanan,” menyesuaikan kepada “pemikiran umum” dan berhenti “memperingatkan saudaranya melawan cara berpikir dan bertindak yang berkontradiksi pada kebenaran dan tidak menggikuti jalan kecil dari kebaikan.”
Bagaimanapun, Benediktus XVI menunjukkan, cara pendekatan yang Kristiani adalah “tidak dimotivasi oleh semangat mengutuk atau tuduh menuduh; tapi selalu dimotivasi oleh cinta dan pengampunan, dan muncul dari kepedulian yang otentik demi kesejahteraan saudaranya.”
“Keberadaan kita - kata Paus dalam kesimpulannya - berhubungan dengan orang lain, baik didalam kebaikan dan kejahatan”, dan oleh karena itu ” dosa dan perbuatan kasih juga memilliki dimensi sosial.” Inilah kenapa kita harus “penuh perhatian kepada satu sama lain” dan “tidak menunjukkan diri kita yang jauh, acuh tak acuh terhadap saudaranya” sementara sekarang “sikap yang berlaku adalah yang berlawanan: acuh tak acuh dan tidak tertarik yang  timbul dari keegoisan, ditutupi oleh topeng rasa hormat terhadap privasi.”

1 komentar: